TEMPO.CO, Jakarta - Dua fenomena astronomi akan terjadi besok, Kamis, 26 Desember 2019 yaitu sebuah asteroid raksasa yang meluncur mendekati Bumi dan gerhana Matahari cincin. Menurut lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat NASA, asteroid tersebut berpotensi berbahaya.
Berikut detail dua fenomena tersebut:
1. Asteroid
Sebuah asteroid raksasa akan mendekati Bumi pada 26 Desember 2019, sehari setelah Natal. Pelacak asteroid NASA di Center for Near Earth Object Studies (CNEOS) memperkirakan ukuran batuan angkasa itu antara 280 meter hingga 620 meter.
Asteroid yang dijuluki CH59 itu meluncur ke arah Bumi dengan kecepatan lebih dari 44 ribu kilometer perjam. Dengan kecepatan tinggi, asteroid itu akan mendekati Bumi pada pagi 26 Desember. Jika dilihat dari ukurannya, CH59 sebanding dengan Menara Canton Cina dan Menara Sears di Chicago, Amerika Serikat. Bandingkan dengan Monas yang setinggi 132 meter.
Namun jarak terdekat lintasan asteroid ini ke Bumi sebenarnya tidak bisa dikatakan dekat juga. Menurut NASA, titik terdekat Asteroid CH59 dengan Bumi sekitar 0,04874 unit astronomi (au).
Satu unit astronomi adalah jarak dari planet kita ke Matahari atau sekitar 149,6 juta km. Artinya Asteroid CH59 akan melintas dalam jarak 7,29 juta km dari Bumi.
Setiap benda sebesar ini berpotensi meratakan seluruh benua jika menabrak planet Bumi. Kekuatannya akan berdampak membunuh jutaan jiwa dan menimbulkan kekacauan, serta kehancuran pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, demikian diberitakan laman Express, akhir pekan lalu.
Berdasarkan laporan Gedung Putih 2018 tentang ancaman asteroid, setiap batu ruang angkasa berukuran antara 400 meter hingga 1,6 kilometer merupakan ancaman dunia. Karena potensi bahaya dari mendekatnya asteroid ke Bumi, NASA melabelinya sebagai asteroid berbahaya (PHA) dan objek dekat Bumi (NEO).
"NEO adalah asteroid dan komet yang mendekati atau melewati orbit Bumi mengelilingi Matahari,” kata NASA. “Ketika NEO mengorbit membawa mereka ke atmosfer Bumi, benda-benda yang lebih kecil tanpa fragmen dan hancur, sementara benda yang lebih besar dapat menyebabkan kerusakan, bahkan kehancuran global."
Laporan itu juga menambahkan bahwa objek yang dekat dan lebih dari satu kilometer dapat menyebabkan kerusakan pada skala global. Objek sebesar ini dapat memicu tsunami dahsyat, gempa bumi dan efek sekunder yang akan meluas jauh melampaui area dampak.
Sekitar 66 juta tahun yang lalu, asteroid berukuran sekitar 10 kilometer diyakini telah memusnahkan dinosaurus dan dua pertiga dari semua kehidupan di Bumi. Namun, CH59 tidak cukup besar untuk mengakhiri semua kehidupan di Bumi.
Setelah mendekati Bumi, NASA memperkirakan CH59 akan melewati sangat dekat dengan Venus pada 10 September 2020. Kemudian, asteroid akan mengunjungi Bumi lagi pada Maret 2021, Desember 2023 dan Maret 2024.
2. Gerhana Matahari Cincin
Gerhana matahari cincin akan terjadi pada 26 Desember 2019. Namun fenomena langit yang spesial itu tidak bisa disaksikan dari semua wilayah di Indonesia.
“Hanya sebagian Sumatera dan Kalimantan yang punya titik bagus untuk pengamatan,” kata Avivah Yamani, penggiat astronomi dari Komunitas Langit Selatan di Bandung, pada 23 Oktober 2019. "Matahari akan tertutup bulan sekitar 93-94 persen."
Sisa piringan matahari yang berpendar kemudian seolah membentuk cincin di langit. Kota-kota yang akan dilintasi gerhana matahari cincin itu adalah Siak, Sibolga, Padang Sidempuan, Duri, Tanjung Balai Karimun, Batam, Tanjung Pinang. Kemudian Singkawang, Pemangkat, Sambas, Entikong, Tanjung Selor, dan Derawan.
Mengutip laman langitselatan.com, waktu dimulainya gerhana matahari cincin di daerah yang masuk Wilayah Indonesia Barat (WIB) dari pukul 10.00-an. Puncaknya mulai pukul 12.00-an.
Sementara di Wilayah Indonesia Tengah (WITA), proses gerhana matahari cincinnya dimulai pukul 12.00-an dan masa puncaknya pukul 14.00-an. Sementara wilayah lain di Indonesia mayoritas hanya bisa menyaksikan gerhana matahari sebagian seperti di seluruh Jawa hingga Nusa Tenggara, Sulawesi sampai Papua. Gerhananya berkisar 40-90 persen.
Gerhana matahari cincin kata Avivah terjadi saat bulan sedang berada di apogee atau menuju titik terjauhnya dari bBumi. Akibatnya, piringan bulan jadi lebih kecil untuk bisa menutupi seluruh piringan matahari.
Pada saat gerhana matahari cincin terjadi, wilayah yang dilintasi gerhana akan mengalami pengurangan intensitas cahaya matahari. “Sehingga suasana siang hari akan terasa seperti senja,” kata dia.
Perubahan serupa juga dialami oleh wilayah lain di Indonesia yang mengalami gerhana sebagian. Secara umum, gerhana matahari bukan fenomena yang sangat langka. Dalam setahun bisa terjadi 2 – 5 kali.
Kombinasinya bisa berupa gerhana total, cincin, dan sebagian. Istimewanya, tidak semua wilayah di Bumi bisa menikmati gerhana matahari meskipun sedang siang.
Gerhana matahari cincin 26 Desember 2019 akan dimulai dari Semenanjung Arab, berlanjut ke India, Sri Lanka, Indonesia, Singapura, Malaysia, sebagian kecil wilayah FIlipina, dan berakhir di Samudera Pasifik.
"ada" - Google Berita
December 25, 2019 at 02:14PM
https://ift.tt/2QvsX7t
Ada 2 Fenomena Astronomi Besok: Asteroid, Gerhana Matahari - Tekno Tempo
"ada" - Google Berita
https://ift.tt/2LMx7oW
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ada 2 Fenomena Astronomi Besok: Asteroid, Gerhana Matahari - Tekno Tempo"
Post a Comment