Search

Tahun Baru 2020, Perlukah Ada Resolusi? - Kompas.com - KOMPAS.com

KOMPAS.com - Setiap menjelang pergantian tahun Masehi, banyak orang yang merumuskan sederet resolusi tahun baru dan mengecek ulang resolusi tahun sebelumnya, apakah terlaksana atau tidak.

Meski tak semua melakukannya.

Ada yang memang tipikal terorganisasi sehingga merancang segala sesuatu yang harus dicapai, ada pula yang tipikal menjalani mengalir apa adanya.

Semua kembali pada pilihan masing-masing individu. Tetapi, perlukan resolusi tahun baru? Jika ya, apa manfaat dan bagaimana memulainya? 

Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Prof. Koentjoro mengatakan, selama ini ada pemahaman yang keliru soal resolusi dengan target yang ingin dicapai.

Ia menekankan, resolusi dan target adalah dua hal yang berbeda. 

"Resolusi itu adalah pemecahan masalah, karena itu resolusi apa pun harus dipilih. Tapi itu pilihan, mau pilih yang mana. Tidak ada resolusi itu juga resolusi," kata Koentjoro, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (31/12/2019).

Berbeda dengan resolusi, keinginan-keinginan yang biasanya dituliskan dalam 'resolusi tahunan' sebenarnya lebih tepat disebut sebagai target atau cita-cita.

"Kalau itu goal, target, kita harus mencerdaskan masyarakat. Setiap orang itu harus punya target, sesuatu yang harus dicapai. How to achieve itu orang harus punya," ujar Koentjoro.

Baca juga: Tahun Baru 2020, 5 Hal Ini Perlu Direnungkan Pelajar dan Mahasiswa

Tips menyusun target

Target harus disusun dengan memerhatikan sejumlah faktor. Artinya, tidak sembarangan menentukan target atau keinginan.

Hal itu penting untuk meminimalisasi kegagalan dan memperbesar peluang keberhasilan.

"Cita-cita harus realistis, bermakna bagi pribadi, menantang. Realistis itu sepadan dengan kemampuan, sepadan dengan usia," kata Koentjoro.

Ia mencontohkan, tidak masuk akal seseorang berusia di atas 60 tahun memiliki target untuk mencapai puncak Everest.

Alasannya, kemampuan fisiknya sudah tidak mendukung untuk itu.

Atau, seseorang yang memiliki penghasilan per bulan di bawah Rp 15 juta, menginginkan membeli mobil Lamborghini atau Roll Royce.

Bukannya tercapai dan membahagiakan, target-target semacam itu hanya akan menyiksa diri karena tidak sesuai dengan kemampuan, terlepas dari adanya faktor keberuntungan.

Koentjoro berpendapat, faktor keberuntungan tidak bisa diandalkan dan dijadikan patokan untuk menentukan target.

"Faktor luck itu jangan diharapkan terlalu banyak. Faktor luck itu Tuhan. Kalau sudah bisa mengerjakan dengan baik, mencintai diri dengan baik, bisa mengerti siapa anda, faktor luck itu akan keluar dengan sendirinya," kata dia.

Akan tetapi, semua itu akan sangat sulit terjadi ketika seseorang tidak mengenal dirinya sendiri dan apa yang ingin didapatkan.

Baca juga:

Let's block ads! (Why?)



"ada" - Google Berita
December 31, 2019 at 11:11AM
https://ift.tt/2tj9TRC

Tahun Baru 2020, Perlukah Ada Resolusi? - Kompas.com - KOMPAS.com
"ada" - Google Berita
https://ift.tt/2LMx7oW

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Tahun Baru 2020, Perlukah Ada Resolusi? - Kompas.com - KOMPAS.com"

Post a Comment

Powered by Blogger.