Search

Sudah Ada Tanda-Tanda Emas Akan Naik, Tapi Kapan? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia menguat memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Senin (23/12/2019), menembus rentang perdagangan yang "menjebak" logam mulia ini pada pekan lalu.

Pada pukul 20:58 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1,483,67/troy ons, menguat 0,39% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sepanjang pekan lalu emas bergerak dalam rentang US$ 1.469-1.481/troy ons yang membuatnya menjadi tidak menarik bagi para trader.


Kenaikan emas mendapat tantangan dari asa damai dagang yang semakin membuncah. Seperti diketahui sebelumnya, pada Jumat (13/12/2019) kedua negara sudah mencapai kesepakatan dagang fase I, dan diperkirakan akan ditandatangani di awal tahun depan.

Sementara pada Jumat (20/12/2019) pekan lalu, Presiden AS Donald Trump melalui akun Twitternya menyatakan melakukan "pembicaraan yang sangat baik" dengan Presiden China, Xi Jinping. Hal tersebut menambah optimism pelaku pasar kesepakatan dagang fase I segera diteken.

Presiden Trump, juga menyatakan kesepakatan dagang akan ditandatangani dalam waktu dekat. "Kami sudah mencapai terobosan terkait kesepakatan dagang. Penandatanganan akan dilakukan dalam waktu yang sangat dekat," ungkap Trump di acara Turning Point USA di Florida, seperti dikutip dari Reuters.

Pada hari ini, giliran China yang mengirim kabar bagus. CNBC International melaporkan Negeri Tiongkok akan menurunkan bea masuk terhadap 850 produk dari AS mulai 1 Januari. Selain dengan China, AS juga memberikan kabar bagus terkait hubungan dagang dengan Kanada dan Meksiko.

Akhir pekan lalu, House of Representatives (DPR) menyetujui rancangan undang-undang (RUU) kerja sama perdagangan AS-Kanada-Meksiko pengganti Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).

Untuk diketahui, pada tahun lalu Presiden AS Donald Trump memutuskan keluar dari NAFTA karena dianggap merugikan Negeri Paman Sam. Trump lantas menyusun kesepakatan bilateral dengan Kanada dan Meksiko dan menuangkannya dalam US-Mexico-Canada Agreement (USMCA), yang sudah disetujui oleh DPR AS pada pekan lalu.

"USMCA akan mendatangkan lapangan kerja, teknologi, dan investasi. Dukungan AS akan mengakhiri masa-masa penuh ketidakpastian," kata Marcelo Ebrard, Menteri Luar Negeri Meksiko, seperti diberitakan Reuters.

Kini RUU tersebut akan diserahkan ke Senat AS, dan hampir pasti akan diloloskan dan sah menjadi undang-undang mengingat Partai Republik tempat Presiden Trump bernaung, menjadi penguasa kamar kedua dalam sistem legislatif bikameral di AS.

Kabar bagus tersebut membuat sentiment pelaku pasar semakin membaik, di kala sentiment membaik maka aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi yang menjadi target investasi. Emas yang merupakan aset tanpa imbal hasil menjadi kurang diminati.

Seperti itu "alur cerita" yang bisa membuat tidak menarik lagi dan harganya menurun. Namun nyatanya emas masih tetap menarik bagi para investor maupun trader. Hal ini tercermin dari kenaikan kontrak emas kenaikan total kepemilikan aset di SPDR Gold Trust, ETF berbasis emas terbesar di dunia, serta meningkatnya net buy emas di COMEX.

CNBC International mewartakan, total kepemilikan aset SPDR Gold Trust naik 0,3% menjadi 885,93 ton pada Jumat pekan lalu. Sementara itu, data Commodity Futures Trading Commission's (CFTC) menunjukkan jumlah net buy emas naik menjadi 286,3 kontrak pada pekan lalu, dari pekan sebelumnya 270,9 kontrak.

Laporan tersebut bisa menjadi tanda-tanda jika harga emas akan kembali menguat, meski perlu waktu beberapa pekan ke depan, mengingat libur Natal dan Tahun Baru yang sudah di depan mata.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)

Let's block ads! (Why?)



"ada" - Google Berita
December 23, 2019 at 10:04PM
https://ift.tt/2QdzjrF

Sudah Ada Tanda-Tanda Emas Akan Naik, Tapi Kapan? - CNBC Indonesia
"ada" - Google Berita
https://ift.tt/2LMx7oW

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sudah Ada Tanda-Tanda Emas Akan Naik, Tapi Kapan? - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.