Search

Permintaan Ekspor Masih Ada di Tengah Pandemi Covid-19 - kompas.id

KOMPAS/JUMARTO YULIANUS

Tongkang bermuatan batubara melintasi Sungai Barito di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (6/8/2019). Ekspor batubara dari Kalimantan Selatan mulai tertekan akibat pandemi Covid-19.

JAKARTA, KOMPAS — Kendati merosot, permintaan ekspor dari sejumlah negara tetap ada. Beberapa komoditas itu di antaranya adalah batubara, bahan baku plastik, kertas, dan minyak kelapa sawit.

Di sektor pertambangan, permintaan dan harga batubara memang melemah. Namun, masih ada permintaan dari sejumlah negara setidaknya untuk dua bulan mendatang.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia, Jumat (10/4/2020), mengatakan, penurunan permintaan dan pelemahan harga batubara di tengah pandemi Covid-19 memang memberatkan pengusaha. Meskipun begitu, beberapa eksportir batubara Indonesia masih memiliki permintaan dari luar negeri untuk periode April dan Mei tahun ini.

Namun, apabila pandemi ini berkepanjangan, tak menutup kemungkinan permintaan tersebut berkurang. ”Situasi kian berat di tengah ketidakjelasan aturan mengenai kewajiban penggunaan kapal angkutan laut nasional untuk kegiatan ekspor batubara dari Indonesia,” ujar Hendra.

Meskipun begitu, beberapa eksportir batubara Indonesia masih memiliki permintaan dari luar negeri untuk periode April dan Mei tahun ini.

Di tengah pandemi Covid-19, harga batubara Indonesia menjadi terkoreksi. Untuk periode April 2020, harga batubara acuan ditetapkan 65,77 dollar AS per ton atau turun dibandingkan periode Maret yang sebesar 67,08 dollar AS per ton. Kondisi ini kian memperlesu bisnis batubara yang masih terganjal aturan kewajiban penggunaan kapal angkutan nasional.

Seiring dengan merosotnya harga batubara, permintaan batubara di pasar internasional juga masih lemah. Hingga triwulan I-2020, realisasi ekspor batubara Indonesia sebanyak 75,25 juta ton atau 19,05 persen dari rencana ekspor 395 juta ton tahun ini. Adapun realisasi penyaluran batubara di dalam negeri pada periode yang sama mencapai 31,53 juta ton.

”Pandemi Covid-19 yang melanda negara-negara di berbagai belahan dunia menyebabkan permintaan batubara dari sektor industri turun. Namun, realisasi penyaluran batubara di dalam negeri sudah mampu menutupi kebutuhan,” ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi saat dihubungi di Jakarta.

Baca juga: Pemerintah Berharap Tak Ada PHK di Perusahaan Tambang

KOMPAS/JUMARTO YULIANUS

Tongkang bermuatan batubara melintasi Sungai Barito di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 1 Agustus 2017. Peningkatan kinerja ekspor batubara pada 2020 diperkirakan akan membuat pertumbuhan ekonomi Kalsel pada 2020 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2019.

Tahun ini, pemerintah menargetkan produksi batubara sebanyak 550 juta ton. Dari total produksi tersebut, sebanyak 155 juta ton dipasok untuk kebutuhan di dalam negeri, sementara sisanya sebanyak 395 juta ton untuk diekspor. Adapun dari 610 juta ton produksi batubara di 2019, sebanyak 138 juta dipasok ke pasar domestik dan 472 juta ton diekspor.

”Apabila pandemi Covid-19 ini terus berlanjut, kemungkinan akan terjadi penurunan permintaan batubara hingga 5 persen. Koreksi harga batubara di pasar global memengaruhi laju produksi dan penjualan batubara,” ucap Agung.

Sudah Berlangganan? Silakan Masuk

Baca Berita Korona Terkini di Kompas.id, GRATIS

Harian Kompas berikan BEBAS AKSES untuk seluruh artikel di Kompas.id terkait virus korona.

Permintaan dari China

Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Handito Joewono menuturkan, sudah mulai ada permintaan dari China kepada perusahaan-perusahaan Indonesia untuk mengekspor barang ke sana. Namun, jumlah permintaan dari China belum signifikan dan nilainya pun belum besar.

”Namun, ini sudah berita baik bahwa ekonomi China mulai menggeliat dan geliatnya sampai pula ke Indonesia,” ucapnya.

Sudah mulai ada permintaan dari China kepada perusahaan-perusahaan Indonesia untuk mengekspor barang ke sana. Namun, jumlah permintaan dari China belum signifikan dan nilainya pun belum besar.

Handito menambahkan, di tengah pandemi ini, perusahaan-perusahaan Indonesia yang sudah rutin mengekspor ke China juga mulai menyiapkan produk-produknya. Dua di antaranya adalah perusahaan yang memproduksi minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan kertas.

Baca juga: Rupiah Tersandera Produksi Ekspor

Sementara Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono mengatakan, apabila kebutuhan di dalam negeri telah dapat dicukupi, terbuka peluang bagi pelaku industri untuk mengekspor produk. Saat ini produksi industri petrokimia mampu mengisi kebutuhan di dalam negeri.

”Saat ini, produksinya sudah melebihi dari yang ditargetkan. Kami juga akan mulai ancang-ancang untuk mengekspor beberapa produk bahan baku plastik ke China,” katanya.

Fajar menuturkan rencana ini menyusul permintaan di China yang mulai tumbuh. Berdasarkan kalkulasi Inaplas, Indonesia bisa mengekspor bahan baku plastik sekitar 30.000 ton per bulan ke China.

Ekspor ini bisa dibarter dengan bahan baku obat atau alat pelindung diri (APD) dari China. Selain ke China, Inaplas juga berpeluang mengekspor bahan baku plastik, seperti polietilen dan poliprolilen, ke sejumlah negara di Timur Tengah yang saat ini kekurangan bahan baku tersebut.

”Ekspor ke Bangladesh mungkin masih bisa tembus meskipun permintaannya kecil, yaitu di bawah 1.000 ton per bulan. Untuk ekspor ke India dan Vietnam, tidak bisa karena kedua negara tersebut sudah mengarantina wilayah secara total (lockdown),” katanya.

KOMPAS/LASTI KURNIA

Aktivitas bongkar muat kontainer di Terminal operasi 3, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (20/2/2020).

Menurut Fajar, kendala yang perlu diantisipasi saat ini adalah jangan sampai ada hambatan dalam pengurusan dokumen ekspor dan impor. Selain itu, perlu ada jaminan kelancaran bongkar muat barang di pelabuhan-pelabuhan utama.

”Sudah mulai ada indikasi perlambatan proses administrasi dan bongkar muat barang untuk kegiatan ekspor dan impor dibandingkan dalam kondisi normal,” ujarnya.

Let's block ads! (Why?)



"ada" - Google Berita
April 10, 2020 at 04:26PM
https://ift.tt/34rUKvY

Permintaan Ekspor Masih Ada di Tengah Pandemi Covid-19 - kompas.id
"ada" - Google Berita
https://ift.tt/2LMx7oW

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Permintaan Ekspor Masih Ada di Tengah Pandemi Covid-19 - kompas.id"

Post a Comment

Powered by Blogger.