Sekretaris Perusahaan Hadis Surya Palapa dalam siaran resminya mengatakan perusahaan mengoptimalkan peluang pasar ekspor ke beberapa negara seperti India, Hong Kong, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan beberapa negara Asia lainnya.
"Di tengah fluktuasi harga batu bara acuan (HBA), strategi optimasi penjualan ekspor batu bara medium to high calorie ke premium market juga menyokong pencapaian ini," kata Hadis, Kamis (30/04/2020).
Sepanjang kuartal I-2020, perusahaan membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk Rp 903,24 miliar, turun 20,57% dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 1,13 triliun.
Emiten batu bara pelat merah ini membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 5,1 triliun, yang terdiri dari pendapatan penjualan batu bara domestik sebesar Rp 3,3 triliun, penjualan batu bara ekspor sebesar Rp 1,8 triliun dan aktivitas lainnya sebesar Rp 87,2 miliar. Pendapatan usaha ini turun 4,01% dari tahun sebelumnya Rp 5,33 triliun.
Penurunan pendapatan usaha ini dipengaruhi oleh harga jual rata-rata batu bara yang turun sebesar 3,9% menjadi Rp 741.845/ton dari Rp 772.058/ton di kuartal I-2019. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan harga batu bara Newcastle sebesar 29,5% maupun harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index/ICI) GAR 5000 sebesar 6,9% dibandingkan harga rata-rata kuartal I-2019.
Perusahaan juga harus menanggung peningkatan beban pokok penjualan 1,1% sepanjang kuartal I-2020 menjadi Rp 3,6 triliun. Hal ini terjadi karena kenaikan volume penjualan serta peningkatan volume angkutan batu bara dan kenaikan biaya jasa penambangan terkait dengan peningkatan kurs dan jarak angkut dibandingkan tahun sebelumnya.
Aset perusahaan per 31 Maret 2020 mencapai Rp 27,7 triliun dengan komposisi terbesar pada kas setara kas serta Deposito dengan jangka waktu di atas 3 bulan yang dimiliki sebesar Rp 8,1 triliun (29,2%) dan aset tetap sebesar Rp7,5 triliun (27,1%).
Total liabilitas perseroan per 31 Maret 2020 sebesar Rp7,8 triliun. Total liabilitas tersebut naik dibandingkan liabilitas per 31 Desember 2019. Hal ini disebabkan adanya kenaikan liabilitas jangka panjang sebesar 11,2% dari realisasi kuartal I-2019.
"Dengan adanya peningkatan posisi Kas dan Setara Kas menyebabkan cash ratio atau rasio Kas dan Setara Kas terhadap liabilitas jangka pendek Perseroan menjadi 167,4%, yang berarti Perseroan memiliki likuiditas yang kuat atau sangat mampu memenuhi liabilitas jangka pendek tepat waktu," kata Hadis.
PTBA juga mengakui terkena imbas pandemi COVID-19 meski belum signifikan. Namun memasuki periode kuartal II-2020, dampak pandemi dari semakin meluasnya penyebaran COVID-19 mulai dirasakan oleh Perseroan. Hal ini terlihat dari berkurangnya permintaan pasokan batu bara dari pasar ekspor maupun domestik.
"Menyikapi hal tersebut PTBA saat ini sedang mempersiapkan revisi target dan racikan strategi yang tepat, guna mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang diprediksi akan terjadi ke depan," katanya. (dob/dob)
"ada" - Google Berita
April 30, 2020 at 08:36PM
https://ift.tt/3f8DL6E
Ada Corona, Penjualan Batu Bara PTBA Tembus 6,8 Juta Ton - CNBC Indonesia
"ada" - Google Berita
https://ift.tt/2LMx7oW
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ada Corona, Penjualan Batu Bara PTBA Tembus 6,8 Juta Ton - CNBC Indonesia"
Post a Comment