Hal ini dikatakan terkait kematian setidaknya enam dokter dan satu perawat yang meninggal terkait penanganan Covid-19 per Minggu (22/3).
"Kami minta Pemerintah segera mendistribusikan APD sesuai panduan Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) ke seluruh fasilitas kesehatan, terutama yang menangani kasus Covid-19 hingga ke daerah-daerah," ujar Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, dalam keterangan persnya, Senin (23/3).
"Pemenuhan hak-hak dokter, perawat, bidan apoteker atau pekerja kesehatan lainnya harus ditanggapi dengan serius karena kita tengah mempertaruhkan hak-hak kehidupan masyarakat," tambahnya. Keterangan pers ini sendiri dilakukan Amnesty bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
Berdasarkan data dalam keterangan pers itu, jumlah kasus tenaga medis yang meninggal dalam penanganan Virus Corona mencapai tujuh orang.
Rinciannya adalah dr UM di Medan yang meninggal 17 Maret 2020; dr. DJ di Bogor yang meninggal 20 Maret 2020; dr. LP di Jakarta yang meninggal 12 Maret 2020; dr. AM di Bekasi, meninggal 21 Maret 2020; dan dr. TD di Bandung yang meninggal karena kelelahan pada tanggal 19 Maret 2020.
Selain itu, perawat Ibu ZN turut menjadi korban meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 12 Maret 2020. Korban terbaru adalah dr HA yang meninggal pada 22 Maret 2020.
"Tenaga kesehatan yang menjadi korban, baik mereka yang meninggal maupun yang berada dalam perawatan, terpapar karena alat perlindungan diri (APD) yang tidak memadai," kata Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah, dalam siaran pers yang sama."Sebagai contoh, dalam ruang isolasi pasien COVID-19, banyak orang yang terlibat. Selain dokter, perawat, ada juga petugas kebersihan. Mereka kalau sudah keluar ruangan, mau masuk lagi, harus ganti APD, sehingga APD yang dibutuhkan memang banyak," kata
Harif menyebut salah satu titik rawan penularan kepada tenaga medis adalah ada pada kesiapan rumah sakit-rumah sakit non-rujukan dalam penyediaan APD. Padahal, kata dia, semua pasien mestinya diperlakukan sebagai yang berpotensi menularkan Virus Corona.
"Masalah lainnya juga terjadi di RS yang bukan rujukan. Misal di UGD, ada pasien datang dengan gejala Covid. Perawat dan dokter tidak tahu ini pasien positif Covid atau tidak. Meskipun begitu, semua pasien harus diperlakukan selayaknya jika ia terinfeksi Covid-19," urainya.
[Gambas:Video CNN]
"Rumah sakit seperti ini tidak ada persiapan sementara APD langka, sehingga cara yg dilakukan, masker dipakai selama satu shift berjam-jam," jelas Harif.
Sementara itu, Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan kejujuran masyarakat dalam menyampaikan riwayat kontak fisik saat memeriksakan diri menjadi salah satu cara untuk mengurangi angka kematian tenaga medis yang menangani Corona.
"Keterbukaan dan kejujuran pasien akan menyelamatkan jiwa dan menghentikan penularan COVID-19 kepada orang lain, termasuk para tenaga medis," kata dia, dalam keterangannya, Senin (23/3) dikutip dari Antara.
"Saat perikasa, Anda harus ceritakan riwayat kontak secara terbuka supaya dokter, perawat dan tenaga lainnya di fasilitas kesehatan dapat melindungi dirinya dan merawat Anda dengan benar," Wapres menambahkan.
Ma'ruf juga menyampaikan duka cita atas meninggalnya tenaga medis yang terinfeksi COVID-19 ketika menjalankan tugas baik di rumah sakit rujukan Pemerintah maupun non-rujukan."Pemerintah menghargai dedikasi mereka. Kita membutuhkan dokter, perawat dan tenaga lainnya di fasilitas kesehatan sebagai garda terdepan untuk merawat pasien. Kita membutuhkan dokter, perawat, dan tenaga lainnya di fasilitas kesehatan sebagai garda terdepan untuk merawat pasien," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebut pemerintah telah mendatangkan sekitar 105 ribu alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan tenaga medis Indonesia menghadapi pasien Corona.
"Sudah didistribusikan ke seluruh RS di Tanah Air," kata dia, usai meninjau persiapan RS Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (23/3). (asa/arh)
"ada" - Google Berita
March 23, 2020 at 05:06PM
https://ift.tt/2QCZGbK
PPNI Sebut Titik Rawan Penularan Corona Ada di RS Non-Rujukan - CNN Indonesia
"ada" - Google Berita
https://ift.tt/2LMx7oW
Bagikan Berita Ini
0 Response to "PPNI Sebut Titik Rawan Penularan Corona Ada di RS Non-Rujukan - CNN Indonesia"
Post a Comment