
Dari utang global tersebut, China merupakan salah satu negara yang paling gencar memberikan pinjaman dana atau utang ke sejumlah negara.
China mencari celah keuntungan untuk memberikan utang ke negara-negara, terutama di Asia dengan melihat pembiayaan infrastruktur. World Pension Council (WPC) mencatat kebutuhan pembiayaan infrastruktur di Asia mencapai US$ 900 miliar per tahun selama 10 tahun ke depan.
Berikut beberapa negara yang mendapat utangan besar dari China.
Pertama, ada Pakistan, di mana pada 2013 menyepakati proyek China-Pakistan Economic Corridor (CPEC).
Mega proyek CPEC ini ditaksir bernilai total US$ 62 miliar yang dibiayai oleh China Development Bank, Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang diinisiasi oleh China, Silk Road Fund, dan Industrial and Commercial Bank of China.
Meski nilai total proyek CPEC adalah US$ 62 miliar, tetapi TopLine Securities (perusahaan sekuritas di Pakistan) memperkirakan bahwa total utang yang harus dibayar mencapai US$ 90 miliar. Setiap tahun, pembayaran utang untuk proyek CPEC diperkirakan rata-rata US$ 3,7 miliar hingga 2030.
Kedua, adalah negara tetangga Pakistan yaitu Srilanka. Salah satu proyek China di sana yang mendapat sorotan adalah Pelabuhan Magampura Mahinda Rajapaksa.
Pelabuhan ini mulai beroperasi pada November 2010, dan 85% pembangunannya dibiayai oleh Exim Bank of China. Pada 2016, Pelabuhan Magampura Mahinda Rajapaksa hanya mampu memperoleh laba operasional US$ 1,81 juta, tidak cukup untuk membayar utang kepada pihak China.
Akhirnya pemerintah memutuskan untuk mengalihkan hak operasional pelabuhan kepada China Merchant Port Holdings selama 99 tahun. Kesepakatan ini membuat pemerintah menerima dana US$ 1,4 miliar tetapi harus digunakan untuk membayar utang kepada China.
Ketiga, adalah Laos. China memang punya kepentingan di wilayah Indo-China. Negeri Tirai Bambu ingin menghubungkan negaranya dengan wilayah tersebut melalui jalur kereta api dan membangun kawasan-kawasan ekonomi khusus di sekitarnya.
Di Laos, China mendanai pembangunan jalur kereta api Vientiane-Boten sepanjang 414 km yang rencananya rampung pada 2021. Nantinya jalur ini akan tersambung dengan Yuxi-Mohan di China. Proyek ini diperkirakan menelan dana US$ 5,95 miliar dan hanya 12% yang datang dari Laos.
Nilai hampir US$ 6 miliar itu adalah separuh dari Produk Domestik Bruto (PDB) Laos. Oleh karena itu, Bank Dunia mempertanyakan kesanggupan Laos.
"Defisit anggaran Laos melebar signifikan pada 2016 dan membuat utang pemerintah mendekati 70% PDB. Defisit transaksi berjalan diperkirakan melebar seiring proyek infrastruktur besar, sementara cadangan devisa masih rendah," demikian tulis laporan Bank Dunia.
China juga mencengkeramkan kukunya di Eropa. China mendanai pembangunan jalan tol sepanjang 165 km di Montenegro yang menghubungkan negara tersebut dengan tetangganya, Serbia.
Mengutip Reuters, proyek ini sebenarnya sudah menjalani studi kelayakan pada 2006 dan 2012. Hasilnya, tidak layak secara ekonomi.
Di Indonesia sendiri, mengutip Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) terbitan Bank Indonesia (BI). Total utang dalam mata uang yuan China per akhir Juli setara dengan US$ 1,83 miliar. Masih jauh di bawah mata uang lain seperti dolar AS atau yen Jepang.
Akan tetapi, perlu dicatat bahwa sejak 2014, utang luar negeri berdenominasi yuan melesat 264,66% point-to-point. Dalam periode yang sama, utang dalam dolar AS tumbuh 24,72% dan dalam yen malah turun 2,28%.
Pinjaman dari China tidak hanya dalam mata uang yuan, tetapi juga mata uang lainnya. Per Juli, utang yang berasal dari China tercatat sebanyak US$ 16,91 miliar. China adalah negara pemberi utang terbesar keempat di Indonesia.
Melihat data-data tersebut, sepertinya memang peran China belum terlalu dominan di perekonomian nasional. Namun, China punya potensi untuk menjadi pemain besar di Indonesia. Utang dalam yuan naik pesat dalam lima tahun terakhir, menandakan China berupaya untuk memainkan peran yang lebih penting di Tanah Air.
"ada" - Google Berita
November 14, 2019 at 10:01AM
https://ift.tt/2XaDmZ5
Ada Utang China di Mana-mana, dari Pakistan hingga Laos - CNBC Indonesia
"ada" - Google Berita
https://ift.tt/2LMx7oW
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ada Utang China di Mana-mana, dari Pakistan hingga Laos - CNBC Indonesia"
Post a Comment