Search

Saham TGRA Ambles, Manajemen: Ada Dampak Dari Narada - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia- Manajemen emiten energi baru terbarukan (EBT) PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) menjelaskan penurunan harga saham yang cukup tajam sebulan terakhir ini.

Mengacu data BEI, harga saham TGRA anjlok 82,35% sebulan terakhir. Sedangkan, sejak awal tahun, melemah 80,25%.

Christin Soewito mengungkapkan, penurunan ini lebih disebabkan karena sentimen pasar. Sebab sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menghentikan penjualan (suspensi) dua reksa dana milik PT Narada Aset Manajemen oleh agen penjual reksa dana (Aperd) dengan dasar adanya gagal bayar efek (default) saham senilai Rp 177,78 miliar.


Dari salah satu portfolio saham yang dikelola Narada, terungkap ada saham TGRA.

"Iya, memang ada efeknya [Narada], saya tidak bisa menjawab, nanti malah kena legal issue, kita hanya terkena dampak. Yang bisa kita jelaskan, secara fundamental masih oke," ungkap Christin, saat menggelar paparan publik insidentil di BEI, Jakarta, Jumat (22/11/2019).


Christin juga menegaskan, volatilitas harga saham TGRA juga tak terafiliasi sama sekali dengan Benny Tjokrosaputro, pemilik dan pengendali PT Hanson International Tbk (MYRX).

"Ada isu yang berkembang liar, kita lakukan klarifikasi bahwa kita dikaitkan dengan saham Benjtok, saya bisa jawab, saya cek dan tidak ada satu lembar pun saham TGRA milik Benjtok," jelasnya lagi.

TGRA menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 660 miliar di tahun depan. Jumlah tersebut meningkat dari alokasi belanja modal tahun ini Rp 150 miliar.

Direktur Terregra Asia Energy, Kho Sawilek menjelaskan, belanja modal tersebut akan fokus mendanai empat proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan kapasitas masing-masing sebesar 5 MW di Mobilong, Autralia Selatan. Proyek ini ditargetkan akan mulai beroperasi pada 2020.

"Sumber dana belanja modal berasal dari internal, rights issue dan pinjaman perbankan atau dari strategic partner," kata Kho Sawilek, saat paparan publik insidentil.

Saat ini, perseroan memiliki 10 proyek yang terdiri dari 2 pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan 8 pembangkit listrik tenaga mikro-hidro (PLTMH) di Aceh dan Sumatera Utara.

Dari sisi kapasitas, PLTA di Aceh berkapasitas 135 MW dan 240 MW. Sedangkan, untuk PLTMH di Sumater Utara cukup bervariasi, mulai dari 5,6 MW hingga yang terbesar 10 MW.

"Belanja modal yang sudah terserap tahun ini Rp 110 miliar dengan alokasi kurang lebih 70 persen proyek solar panel di Australia," kata Sekretaris Perusahaan TGRA, Christin Soewito, dalam kesempatan sama.

Dari sisi kinerja keuangan TGRA hingga September 2019 memang masih tertekan. Perseroan membukukan kerugian Rp 2,89 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya laba Rp 1,79 miliar. Tertekannya laba bersih dibebabkan kerugian selisih kurs senilai Rp 3,72 miliar karena investasi proyek solar panel di Mobilong, Australia.

Sepanjang sembilan bulan pertama 2019, perseroan mencatatkan pendapatan Rp 20,45 miliar dari tahun sebelumnya Rp 28,79 miliar.

Sedangkan dari sisi aset tercatat Rp 561,21 miliar pada 30 September 2019 dengan liabilitas Rp 201,77 miliar dan ekuitas Rp 359,43 miliar. (dob/dob)

Let's block ads! (Why?)



"ada" - Google Berita
November 22, 2019 at 04:26PM
https://ift.tt/2QKpeEz

Saham TGRA Ambles, Manajemen: Ada Dampak Dari Narada - CNBC Indonesia
"ada" - Google Berita
https://ift.tt/2LMx7oW

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Saham TGRA Ambles, Manajemen: Ada Dampak Dari Narada - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.