Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei yang kini sedang lumpuh karena virus Corona, ternyata menyediakan ruang bagi muslim. Dikutip dari Global Times China, Wuhan membantu pekerja dan pengusaha dari daerah otonomi Xinjiang Uighur di sebelah barat laut China untuk tinggal di wilayah tersebut.
Beberapa hal yang dilakukan sejak 2018 adalah membangun masjid, menyediakan jaringan makanan halal, dan pemakaman etnis. Dalam artikel yang dipublikasikan akun WeChat United Front Work Department of Communist Party of China (CPC) Central Committee, fasilitas makanan halal tersedia di seluruh Wuhan. Sementara seluruh masjid untuk muslim dikatakan berfungsi baik.
"Proses urbanisasi di China terus meningkat. Integrasi dan komunikasi antar-grup etnis sudah seharusnya terjadi. Proses penyatuan yang baik tentu berdampak positif bagi masa depan China," kata ahli seputar etnis Xiong Kunxin dari Minzu University of China, Beijing.
Menurut Xiong, Wuhan sedang mengaplikasikan rencana dan bersikap hangat pada warga Xinjiang yang ingin bekerja di sana. Wuhan berfokus pada keperluan harian spesial warga Xinjiang, yang kebanyakan merupakan etnis minoritas. Untuk pemakaman, pemerintah membangunnya persis taman untuk fasilitas umum.
Fasilitas lain adalah layanan legal and translation gratis, yang bisa diakses lewat telepon atau pusat pelayanan minoritas. Untuk anak-anak warga Xinjiang yang mengikuti orang tuanya ke Wuhan, pemerintah membebaskan biaya masuk dan transfer sekolah. Selanjutnya, anak-anak Xinjiang bisa menikmati pendidikan yang sama dengan warga Wuhan.
Partai Komunis China dan pemerintah setempat mempekerjakan 21 lulusan universitas Xinjiang untuk mengerjakan fasilitas tersebut. Fasilitas dan proses pengerjaan yang melibatkan warga Xinjiang, menjadikan Kota Wuhan contoh yang baik dalam integrasi kelompok minoritas.
Di Wuhan sekitar 2 ribu warga Xinjiang bekerja atau menjalankan bisnis. Wuhan telah menjadi kota dengan etnis minoritas bisa hidup dalam harmoni. Berbagai fasilitas yang tersedia akan menjadikan Wuhan makin kaya budaya. Hal ini bisa berdampak baik bagi pembangunan kota.
Harmonisasi antarkelompok minoritas, yang dalam hal ini adalah muslim, dan warga Wuhan sempat ditulis mahasiswa Indonesia Nur Musyafak di Central China Normal University Wuhan. Artikel seputar bulan suci Ramadhan di China ini tayang di detikcom pada 13 Mei 2019.
Dalam artikel tersebut, umat Islam Indonesia di Wuhan sangat akrab dengan warga muslim China. Saat pelaksanaan salat Jumat, jemaah bahkan luber hingga ke luar masjid. Hasil perbincangan penulis dengan Imam Wang dari Masjid Qijiye, ternyata ada budaya yang dijalankan para muslim di Wuhan selama berpuasa. Pengurus masjid menyediakan menu buka bersama untuk semua muslim di Wuhan yang ingin berbuka di masjid.
Buka puasa diawali minum segelas teh dan makanan ringan seperti buah-buahan. Selanjutnya, jemaah muslim melakukan salat Maghrib, Isya, hingga Tarawih bersama. Jamaah bisa melanjutkan buka puasa sambil menunggu waktu salat. Harmonisasi ini memberikan dukungan moril bagi kelompok minoritas, sehingga tak perlu khawatir hidup di tengah kelompok mayoritas. Sebaliknya, kelompok mayoritas bisa selalu menghormati dan menghargai perbedaan yang ada di sekitarnya.
Tonton juga Dievakuasi dari China, Warga AS Dikarantina di Pangkalan Militer:
(row/erd)"ada" - Google Berita
February 11, 2020 at 05:12PM
https://ift.tt/2SeXM2a
Mengintip Kehidupan Muslim di Wuhan, Sebelum Ada Virus Corona - detikNews
"ada" - Google Berita
https://ift.tt/2LMx7oW
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mengintip Kehidupan Muslim di Wuhan, Sebelum Ada Virus Corona - detikNews"
Post a Comment