Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham berkode GIAA naik tinggi hingga 8,04% ke level Rp 605/saham. Volume perdagangan saham tercatat mencapai 79,13 juta saham senilai Rp 46,9 miliar.
Saham Garuda Indonesia selama tahun berjalan tercatat sudah meroket 103,02%. Namun harga penutupan hari ini belum menyentuh level tertinggi yang tahun ini di level Rp 632/saham.
Selasa kemarin Garuda menyampaikan harus mengandangkan (grounded) 1 unit pesawat tipe Boeing 737NG karena terdapat keretakan pada pickle fork pesawat. Langkah grounded dilakukan sampai batas waktu yang belum ditentukan.
"Kan kita sudah bicara sama Boeing untuk semacam klaim begitu lah ya. Cuma belum ada detailnya," kata VP Corporate Secretary Garuda Indonesia, M Ikhsan Rosan, kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/10/2019).
Ia menjelaskan bahwa Garuda Indonesia telah menjalankan prosedur inspeksi dan pemeriksaan komprehensif terhadap armada B737-800NG yang telah mencapai 30.000 siklus terbang (flight cycle).
Garuda punya 3 unit tipe tersebut yang berusia lebih dari 30.000 flight cycle. Namun, dua pesawat tidak dikandangkan karena dipastikan aman. Praktis, hanya satu unit yang ditemukan adanya keretakan.
"Mayoritas pesawat Boeing Seri NG yang dioperasikan Garuda Indonesia masih tergolong baru, sehingga banyak yang belum mencapai angka flight cycle tersebut," katanya.
Sedangkan 1 armada yang dikandangkan sudah tak mengudara sejak 5 Oktober 2019 lalu. Tindakan grounded tersebut tidak mengganggu operasional Garuda karena masih bisa digantikan oleh pesawat lainnya.
"Kami juga terus melaksanakan koordinasi intensif bersama direktorat kelaikanudara dan pengoperasian pesawat udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan dalam menindaklanjuti laporan FAA tersebut tentunya dengan tetap mengedepankan aspek keselamatan penerbangan sesuai regulasi yang berlaku," tutup Ikhsan.
Sebelumnya, Kemenhub telah menerima DGCA Indonesia Airworthiness Directives (AD) atau perintah kelaikan terbang nomor 19-10-003. AD ini dipicu oleh laporan retak yang ditemukan pada frame fitting outboard chords and failsafe straps adjacent to the stringer S-18A straps.
Namun isu ini tampaknya tidak mempengaruhi ekspektasi investor terhadap pertumbuhan kinerja perseroan. Apalagi Garuda Indonesia sudah mengambil alih operasional Sriwijaya Air.
Apalagi perseroan mulai menunjukkan perbaikan kinerja keuangan pada semester I-2019. Sepanjang semester I-2019 Garuda mencatatkan untung senilai US$ 24,11 juta atau Rp 337,59 miliar (dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$). Setelah pada kuartal I-2019 juga tercatat membukukan untung.
Laba bersih ini berhasil dikantongi setelah di periode yang sama tahun lalu perusahaan mencatatkan kerugian bersih senilai US$ 116,85 juta.
Pendapatan perusahaan naik tipis sebesar 9,74% secara year on year (YoY) menjadi US$ 2,19 miliar (Rp 30,70 triliun), naik dari US$ 1,99 miliar (Rp 27,98 triliun).
Pada periode 6 bulan pertama tahun ini perusahaan mati-matian melakukan efisiensi dengan menurunkan beban usaha. Hasilnya, beban usaha turun menjadi US$ 2,10 miliar, dari sebelumnya sebesar US$ 2,14 miliar.
Beberapa pos beban yang mengalami penurunan antara lain beban operasional penerbangan, beban bandara, beban pelayanan penumpang, beban administrasi umum dan beban operasional jaringan. (tas)
"ada" - Google Berita
October 16, 2019 at 04:18PM
https://ift.tt/2OPNTXr
Ada Pesawat Retak, tapi Saham Garuda Terbang 8%, Kenapa? - CNBC Indonesia
"ada" - Google Berita
https://ift.tt/2LMx7oW
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ada Pesawat Retak, tapi Saham Garuda Terbang 8%, Kenapa? - CNBC Indonesia"
Post a Comment