Yon Koeswoyo, vokalis Koes Bersaudara dan Koes Plus ini, disandingkan para pengamat musik sebagai John Lennon-nya Indonesia dan kepergiannya menjadi kehilangan besar untuk musik Indonesia.
Koesyono 'Yon' Koeswoyo meninggal dunia di usia 77 tahun pada hari Jumat (5/1) akibat penyakit yang dideranya.
Kepergian Yon, menurut pengamat musik Wendi Putranto, adalah sebuah kehilangan besar untuk musik Indonesia khususnya untuk jutaan penggemar Koes Plus atau Koes Bersaudara di seluruh pelosok nusantara.
Yon adalah vokalis band legendaris Koes Bersaudara dan Koes Plus, yang sangat tenar di dekade 60 dan 70an.
"Perannya sangat besar karena dia biduan utamanya Koes Plus dan dia adalah pelestari yang paling utama dari Koes Plus", kata Wendi yang pernah menjadi Editor di majalah musik Rolling Stone.
Perjalanan karir musik
Yon dan saudara-saudaranya dari klan Koeswoyo pertama kali rekaman pada tahu 1962 di bawah label Irama record.
"Tahun '62 sampai '64 mereka merekam banyak single. Dikumpulkan menjadi album pertama yang keluar tahun 64. Koes Bersaudara masih mengedepankan duo Yon dan Yok dan lagu-lagu (di album) itu hampir semuanya terkenal", papar pengamat musik David Tarigan.
Pada 1965 mereka sempat dipenjara di Glodok selama tiga bulan oleh Orde Lama di bawah pemerintahan Soekarno dan itu menurut David, "membuat mereka semakin populer."
Pemenjaraan ini, kata Wendi yang sempat menanyakan langsung ke Yon, disebabkan penampilan mereka di sebuah pesta di Tanah Abang yang membawakan lagu Beatles, yang dulu disebut sebagai agen Neo-kolonialisme atau agen Barat dan itu dilarang oleh Sukarno pada saat itu.
Pada Tahun 1969, Koes Bersaudara berubah menjadi Koes Plus, karena Nomo Koeswoyo memutuskan keluar dan posisinya sebagai penabuh drum digantikan oleh Kasmuri atau Murry. Sejak itu, formasi Koes Plus terus berubah-ubah.
Pada 2004, dengan keluarnya Murry, membuat Yon menjadi satu-satunya keluarga Koeswoyo yang masih tersisa di Koes Plus. Namun, Yon tidak berhenti bermusik dan justru merekrut musisi-musisi muda.
Pionir yang laku
Apa yang membuat baik Koes Bersaudara dan Koes Plus menjadi legendaris?
Menurut David Tarigan, "Apa yang mereka lakukan selalu ditiru sama orang (lain). Mereka penerobos, pionir."
"Apa yang mereka tampilkan di festival tahun 69 yang paling berpengaruh saat itu, mereka main lagu-lagu sendiri sementara band lain main lagu-lagu orang. Akhirnya semua berlomba-lomba ingin mengemulasi apa yang dilakukan Koes Plus", ungkap David yang juga pendiri Iramanusantara, kelompok yang mendigitalkan ribuan lagu lawas Indonesia untuk diarsipkan.
"Apa yang mereka buat, sampai pertengahan 70an, itu yang menjadi pakem. Dan label-label rekaman lain berusaha mencari Koes Plues mereka."
Kreativitas dan produktivitas
Namun keberhasilan Koes Plus bukan hanya diakui dari sisi penjualan, namun juga kreativitas mereka.
"Hal yang paling penting perlu dicatat dari Koes Plus itu adalah karya-karyanya yang abadi. Mereka merilis ratusan album dari berbagai macam genre musik. Mulai dari pop, kasidah, rock n roll, lagu natal, lagu reliji", kata Wendi Putranto.
Ditambahkannya, yang juga menonjol adalah produktivitas mereka.
"Saya beberapa kali bertemu, mewawancarai Mas Yon, yang tidak pernah padam itu adalah semangatnya. Semangatnya untuk bermain musik di atas pangung itu benar-benar luar biasa. Sudah berumur 70 tahuh waktu itu dia masih bisa tampil membawakan paling sedikit 25 lagu di atas panggung tanpa dia mengambil minum atau berhenti", kisah Wendi.
"Dia adalah entertainer (penghibur), paket yang lengkap. Tidak cuma piawai bernyanyi, tapi juga berkomunikasi di atas panggung, pandai menghibur. Ini yang bisa dibilang figur musisi yang jarang ada di Indonesia."
"John Lennon dari Beatles"nya Indonesia
Begitu legendarisnya Koes Plus, banyak orang yang menyandingkannya dengan band The Beatles dari Inggris. Dan Yon, sang vokalis, disandingkan dengan John Lennon.
"Karena sangat populer, semua karya-karyanya dinyanyikan dari anak-anak muda, sampai generasi yang sudah tua, pasti tahu lagu Koes Plus. Seperti halnya di Inggris sana dengan Beatles yang merembes sampai generasi muda", kata Wendi.
Begitu melegendanya Koes Plus ini, "musisi legendaris seperti Chrisye saja sangat mengagumi Koes Plus. Jadi legenda aja mengagumi legenda", tambah Wendi.
Penata musik Erwin Gutawa pun sempat mengeluarkan album Salute to Koes Plus-Bersaudara.
Suara protes dan keberagaman
Meski lagu-lagunya kebanyakan pop dan menurut David Tarigan, "mudah melekat", namun Koes Plus sempat menyuarakan protes politik lewat albumnya.
Pada 1967, selepas keluar dari penjara, Yon dan saudara-saudaranya mengeluarkan album To The So Called The Guilties.
"Bisa dibilang itu album protes pertama di Indonesia. Ada lagu berjudul Poor Clown tentang Soekarno dan berbahasa Inggris", kata David.
Selain itu, meski mungkin tidak berusaha menjadi politis, banyak lagu-lagu Koes Plus yang menyuarakan keberagaman.
"Kalau bicara keberagaman, Koes Plus adalah role model keberagaman. Karena dari tahun 60an, 70an mereka sudah konsisten menyuarakan itu melalui musik. Pesan-pesan perdamaian, cinta kasih, tentang orang tua (lewat lagu) Ayah."
Read More http://www.bbc.com/indonesia/majalah-42575639Bagikan Berita Ini
0 Response to "Yon Koeswoyo 'Koes Plus': Perginya 'penerobos, pionir' musik Indonesia"
Post a Comment